• Uncategorized
  • 0

MENTOR 3

Tawazun

 

Tawazun menurut bahasa berarti keseimbangan atau seimbang

Sedangkan menurut istilah tawazun merupakan suatu sikap seseorang untuk memilih titik yang seimbang atau adil dalam menghadapi suatu persoalan.

 

Manfaat Tawazun :

  1. Agar mencapai tujuan hidup

Tanpa pengaturan hidup yang matang, kemungkinan seseorang untuk mencapai keberhasilan sangat kecil.

  1. Agar dapat menunaikan hak-hak orang lain

Tidak hanya diri kita sendiri yang memiliki hak untuk mendapatkan sesuatu, tetapi juga orang lain pun memiliki hak atas diri kita.

Misalnya, memanage waktu untuk orang tua yang memang memiliki hak atas diri kita.

  1. Karena kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia

Kita tidak hanya mempunyai hak yang harus didapatkan saja, tetapi juga memiliki srentetan kewajiban. Itu disebabkan karena sebetulnya di dalam hidup kita ini tidak hanya memerankan satu peran saja.

 

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.

  1. Jasmani (Al-jasad)

“Mukmin yang kuat itu lebih baik atau disukai Allah daripada mukmin yang lemah”. H.R Muslim.

Jasmani merupakan titipan Allah yang harus dijaga oleh kita, menjaga keseimbangan jasmani yaitu dengan cara rajin olah raga, makan makanan yang sehat dan bergizi, tidur teratur, menjaga kebersihan badan dan sebagainya. ketika kita sudah menjaga dan memeliharanya dengan baik maka Allah swt memberikan balasan didunia berupa kesehatan jasmani sehingga kalau badan kita sehat maka aktivitas pun akan berjalan lancar.

  1. Akal (Al-aql)

Akal adalah anugerah dari Allah SWT yang harus kita syukuri karena dengan akal ini kita bisa berpikir, coba anda bayangkan jikalau kita tidak mempunyai akal? Akal yang Allah berikan ini harus kita jaga agar selalu berpikir positif yaitu dengan bertafakur tentang alam semesta, selalu berhusnudzon kepada Allah dan makhlukNya

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bersaksi”. Q.S Ali Imran : 190

supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

“Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, ‘ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seoran gkhalifah di muka bumi’. Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?’ Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’. Q.S Al Baqarah : 30

  1. Rohani ( Ar-Ruh)

Ar-ruh atau hati merupakan pengendali diri kita dan hati juga yang menentuka baik aati bruk nya perbuata kita. hati ini harus kita jaga dengan banyak berzikir kepada Allah,menghadiri majelis ilmu,mendengarkan ceramah yang dapat membangun hati kita dekat dengan Allah sehingga kita terhindar dari perbuatan-perbuatan yang kotor.

Allah menginginkan manusia hidup diatas keseimbangan, berjalan diatas fitrahnya. Manusia diciptakan memiliki nafsu yang cenderung terhadap sesuatu.

Dalam hidupnya, manusia memiliki keinginan, kecenderungan untuk mengarahkan hidupnya sesuai kecenderungannya. Tetapi dengan pengetahuannya, Allah menginginkan manusia hidup diatas keseimbangan, berjalan diatas fitrahnya.

Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan nikmat Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya.

 

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun

  • Manusia Atheis : tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal.
  • Manusia Materialis : mementingkan masalah materi saja.
  • Manusia Pantheis : bersandar pada hatinya.

 

Faktor-faktor yang menjadikan seseorang tidak tawazun antara lain:

  1. Tidak memahami konsep hidup secara komprehensip.
  2. Kurang memahami konsep Agama Islam secara baik.
  3. Tidak memahami kehidupan diri secara baik.
  4. Tidak berinteraksi dengan kondisi masyarakat.
  5. Tidak bisa mendisiplinkan diri.
  6. Kesibukan yang tidak bisa diatur.
  7. Terjerumus dalam satu sisi kehidupan saja ( harta, tahta, wanita, ilmu, ruhani, sosial, individual dsb).
  8. Terjerumus dalam rutinitas yang tidak tawazun.
  9. Mengalamai musibah atau ujian yang berat, yang menghilangkan sikap tawazun.
  10. Kurang dzikrul maut.

 

cara bertawazun :

  1. Berusaha untuk mengetahui, memahami dan merenungkan konsep hidup. Tentukan tujuan hidupmu, baik jangka pendek maupun panjang.
  2. Berusaha untuk memahami kehidupan diri dan keluarga secara baik. Tentukan misi apa saja yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan.
  3. Memperbanyak berinteraksi dengan masyarakat.
  4. Berusaha untuk mendisiplinkan diri. Disiplin memang paling sulit untuk dilakukan, namun bila kita sudah berkomitmen, maka ini tidaklah menjadi penghalang kita untuk menuju kearah yang lebih baik.
  5. Berusaha untuk memenej waktu. Jangan tangguhkan pekerjaan. Menunda pekerjaan hanya akan mempersulit kita untuk mengerjakan pekerjaan lain yang terus menerus datang setiap waktunya.
  6. Menghindarkan diri dari terjerumus dalam satu sisi kehidupan saja ( harta, tahta, wanita, ilmu, ruhani, sosial, individual dsb).
  7. Berusaha untuk tidak terjerumus dalam rutinitas yang tidak tawazun.
  8. Saat mengalami musibah atau ujian yang berat, menyadari akan adanya hikmah dalam setiap ujian.
  9. Memperbanyak dzikrul maut.

 

Kontrol diri saat tidak tawazun

Ingatlah, bahwa efek tidak tawazun sudah bisa diketahui sejak awal. Jadilah orang yang bijak. Orang bodoh, mengetahui musibah setelah terjerumus dalam musibah. Orang awam, mengetahui musibah saat terjerumus dalam musibah. Orang yang bijak, mengetahui musibah sebelum datangnya. Pandai-pandailah membaca isyarat alam dalam diri, keluarga, masyarakat dan dakwah.

 

Teladan Tawazun

  1. Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW. adalah sosok yang ideal dijadikan model atas pelaksanaan konsep tawazun. Beliau adalah orang yang memiliki keimanan yang kuat, pemimpin dan ahli ibadah yang zuhud, ahli strategi perang yang sangat berani, panglima yang gigih, teguh dan agung.

Di lingkungan keluarga, beliau adalah sebaik-baik pemimpin keluarga sekaligus guru, baik terhadap istri, anak-anak maupun seluruh kerabat.

  1. Abu Bakar Assiddiq

Sosok sahabat yang baik di kalangan masyarakat, keluaarga dan handai tolan. Saat Rasulullah saw diboikot, sebenarnya beliau bukan termasuk yang diboikot. Beliau mengikuti Rasulullah saw.

  1. Abdullah Ibnu Mubarok

Seorang ulama tabi’ittabi’in, bisnisman yang sukses, mujahid yang gagah perkasa.

 

Tips membangun Tawazun

  1. Tetapkan niat

“Innama A’Malu bil Niyat…”(HR. Bukhori & Muslim). sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya…jadi kita harus memiliki niat yang benar untuk apapun yang akan kita lakukan termasuk bersikap TAWAZUN, diniatkan Lillahi Ta’ala…semata-mata hanya untuk Alloh SWT.

  1. Plotkan agenda, sesuai kemampuan

Rencanakan/agendakan semua kegiatan yang akan dilakukan atau kegiatan2 yang bermanfaatkan setiap harinya yang sesuai kemampuan kita. Artinya, buatlah rencana kegiatan yang menurut kita dapat kita capai.

  1. Laksanakan apa yang sudah diagendakan

Dengan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan kita selanjutnya kita laksanakan apa yang telah kita rencanakan. Jangan menunda-nundanya. Sebaiknya dahulukan kegiatan yang paling urgen/penting atau yang lebih mudah untuk kita laksanakan.

  1. Berkesinambungan

“Amal (Kebaikan) yang disukai Alloh ialah yang langgeng meskipun sedikt” (HR. Bukhori)

Amal yang sedikit yang penting berkesinambungan daripada amal yang banyak namun tidak berkesinambungan

  1. Instropeksi

“Sesungguhnya Alloh merentangkan tangan-Nya pada malam hari memberi kesempatan  tobat bagi para pelaku kesalahan pada siang hari dan merentangkan tangan-Nya pada siang hari memberi kesempatan tobat bagi pelaku kesalahan pada malam hari, sampai kelak matahari terbit dari barat(kiamat). “(HR. Bukhori)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *